Assalamualaikum teman-teman. kali ini saya akan memberitahukan kalian tentang Sistem
Mulsa pada pertanian.
Pengertian Sistem Mulsa pada pertanian.
(Beberapa siswa dan siswi smkn 1 rimba melintang sedang praktek dalam pemakaian mulsa)
Mulsa adalah
material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban
tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tumbuh dengan baik. Mulsa dapat bersifat permanen seperti serpihan kayu, atau sementara seperti mulsa plastik. Mulsa
dapat diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah tanaman muncul.
Mulsa organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses alami
yang melibatkan organisme tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada berbagai
aktivitas pertanian, mulai dari pertanian subsisten, berkebun, hingga pertanian industri.
Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya,
yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari
bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami
dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam.
Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan,
dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh
mulsa organik adalah alang-alang/ jerami,
ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.
Mulsa anorganik terbuat
dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik
adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik
dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak
tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak
yang banyak digunakan dalam budi daya cabai atau melon.
Bahan
Pemilihan bahan mulsa yang terbaik bagi
pertanaman harus mempertimbangkan banyak faktor, seperti ketersediaannya,
harga, dampaknya bagi tanah, dan penampilannya. Sifat fisik dan kimiawi yang
dipertimbangkan diantaranya laju di komposisi, reaktivitas terhadap tanah,
porositas, tingkat penyerapan air, dan sebagainya. Beberapa jenis mulsa juga
dapat mengandung benih gulma dan patogen.
Mulsa organik
Mulsa organik akan
terurai seiring dengan waktu. Laju penguraian akan sangat bergantung pada
kondisi lingkungan, seperti temperatur, penyinaran matahari, curah hujan,
organisme tanah, dan kelembaban udara. Mulsa yang mengandung terlalu banyak
karbon relatif terhadap kandungan nitrogennya dapat menyebabkan konsentrasi
unsur nitrogen di dalam tanah berkurang karena aktivitas organisme tanah
cenderung menghabiskan nitrogen untuk pertumbuhannya. Namun belum diketahui
apakah hal ini berdampak negatif bagi tanah atau tidak Rasio karbon terhadap nitrogen yang optimal
adalah 30-35:1. Mulsa organik yang terlalu rapat porositasnya dapat menghalangi
laju penyerapan air, dan mulsa organik yang terlalu kering dapat menyerap air
dari tanah sehingga membuat zona perakaran kering.
Sebuah percobaan
di Institut Pertanian Bogor dengan
menggunakan limbah perkebunan kelapa sawit memperlihatkan
bahwa mulsa organik dengan rasio C/N yang tinggi
(misal dari limbah kelapa sawit) tidak baik bagi tanaman cabai. Dan mulsa organik tidak memberikan
hasil panen yang lebih baik secara signifikan dibandingkan tanaman tanpa mulsa.
Namun mulsa organik terbukti menjadikan struktur tanah lebih baik, yang mampu
memberikan pengaruh secara jangka panjang.
Contoh mulsa organik yaitu:
Daun
Dedaunan yang telah
rontok dapat digunakan sebagai mulsa. Setelah rontok dari pohon, dedaunan
cenderung mengering dan terdekomposisi menyatu ke tanah.
Potongan rumput
Potongan rumput dari mesin pemotong
rumput dapat dikumpulkan dan dijadikan mulsa. Potongan rumput berukuran kecil
sehingga bersifat padat dan memiliki porositas yang rendah. Potongan rumput
perlu dicampur dengan bahan lainnya yang lebih renggang sebelum diterapkan
menjadi mulsa. Minimnya kandungan nitrogen pada potongan rumput menyebabkan
konsentrasi nitrogen pada tanah dapat berkurang, sehingga penerapan potongan
rumput perlu dicampur dengan sesuatu yang kaya nitrogen.
Lumut
Lumut, seperti Sphagnum dapat cepat
tumbuh, dapat dikemas, dipadatkan, dikeringkan dan dibasahkan kembali.
Tubuh Sphagnum, yang hidup maupun
yang mati, dapat menyerap air hingga 26 kali berat keringnya.
Serpihan kayu
Jerami
Jerami adalah residu tanaman gandum, padi, atau tanaman suku rumput-rumputan lainnya, umumnya
sebagai produk samping. Memiliki kemampuan menahan kelembaban tanah dan menekan
penyebaran gulma, tetapi karena merupakan limbah hasil pertanaman, jerami juga
dapat menjadi media persebaran benih gulma.
Kardus dan keras
Kardus dan kertas terbuat dari
bahan dasar yang sama, yaitu pulp dari kayu, sehingga termasuk bahan organik dan
dapat terurai secara alami. Karena sudah berbentuk lembaran, kardus dan kertas
mudah diterapkan di atas tanah. Kardus dan kertas mampu menyerap air dan
menekan pertumbuhan gulma. Namun karena massa yang ringan dibandingkan dengan
luas permukaannya, kardus dan kertas dapat tertiup oleh angin, sehingga
penerapannya memerlukan komponen kardus yang berat di atas lapisan yang ringan.
Membasahinya dengan air juga dapat meningkatkan berat.
Tandan kosong buah
sawit
Proses pengolahan buah sawit
menjadi minyak sawit menghasilkan limbah yang sangat besar. Limbah tersebut berupa tandan
kosong dan cangkang buah sawit. Jika tidak dijadikan bahan bakar, keduanya
diberikan kembali secara langsung ke tanaman sawit sebagai mulsa. Secara
perlahan, limbah sawit tersebut akan terdekomposisi dan menyatu dengan tanah.
Mulsa umumnya diterapkan
menjelang musim tanam. Mulsa anorganik, terutama yang mudah rusak seperti plastik harus
diganti setiap musim tanam. Mulsa organik dapat bertahan lama tergantung laju
dekomposisinya, dan dapat diterapkan ulang jika diperlukan. Seiring dengan
perubahan musim, mulsa menjaga temperatur dan kelembaban tanah, serta mencegah
cahaya matahari menyentuh gulma yang baru bertunas.
Efek mulsa pada tanah di iklim
sedang amat bergantung pada kapan mulsa diterapkan. Mulsa umumnya diterapkan di
akhir musim semi atau awal musim panas ketika temperatur tanah sedang meningkat
namun kelembaban tanah masih relatif tinggi, sehingga fungsi menjaga temperatur
dan kelembaban tanah lebih optimal. Mulsa juga dapat mengalihkan beberapa jenis
hama seperti siput dari
daun tumbuhan karena siput dapat memakan mulsa dedaunan.