Bertani smk

  • Home
  • About
  • berita
  • teknologi pertanian
  • Galeri
    • Sub Menu1
    • Sub Menu2
    • Sub Menu3
    • Sub Menu4
    • Sub Menu5

Selasa, 08 Oktober 2019

Home » informasi , pertanian » Pengertian Sistem Mulsa pada pertanian.

Pengertian Sistem Mulsa pada pertanian.

  Yunanda     Selasa, 08 Oktober 2019
Assalamualaikum teman-teman. kali ini saya akan memberitahukan kalian tentang Sistem Mulsa pada pertanian.


Pengertian Sistem Mulsa pada pertanian.

(Beberapa siswa dan siswi smkn 1 rimba melintang sedang praktek dalam pemakaian mulsa)


Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik. Mulsa dapat bersifat permanen seperti serpihan kayu, atau sementara seperti mulsa plastik. Mulsa dapat diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah tanaman muncul. Mulsa organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses alami yang melibatkan organisme tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada berbagai aktivitas pertanian, mulai dari pertanian subsisten, berkebun, hingga pertanian industri.

Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang/ jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.

Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam budi daya cabai atau melon.

Bahan
Pemilihan bahan mulsa yang terbaik bagi pertanaman harus mempertimbangkan banyak faktor, seperti ketersediaannya, harga, dampaknya bagi tanah, dan penampilannya. Sifat fisik dan kimiawi yang dipertimbangkan diantaranya laju di komposisi, reaktivitas terhadap tanah, porositas, tingkat penyerapan air, dan sebagainya. Beberapa jenis mulsa juga dapat mengandung benih gulma dan patogen.


Mulsa organik
Mulsa organik akan terurai seiring dengan waktu. Laju penguraian akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan, seperti temperatur, penyinaran matahari, curah hujan, organisme tanah, dan kelembaban udara. Mulsa yang mengandung terlalu banyak karbon relatif terhadap kandungan nitrogennya dapat menyebabkan konsentrasi unsur nitrogen di dalam tanah berkurang karena aktivitas organisme tanah cenderung menghabiskan nitrogen untuk pertumbuhannya. Namun belum diketahui apakah hal ini berdampak negatif bagi tanah atau tidak Rasio karbon terhadap nitrogen yang optimal adalah 30-35:1. Mulsa organik yang terlalu rapat porositasnya dapat menghalangi laju penyerapan air, dan mulsa organik yang terlalu kering dapat menyerap air dari tanah sehingga membuat zona perakaran kering.
Sebuah percobaan di Institut Pertanian Bogor dengan menggunakan limbah perkebunan kelapa sawit memperlihatkan bahwa mulsa organik dengan rasio C/N yang tinggi (misal dari limbah kelapa sawit) tidak baik bagi tanaman cabai. Dan mulsa organik tidak memberikan hasil panen yang lebih baik secara signifikan dibandingkan tanaman tanpa mulsa. Namun mulsa organik terbukti menjadikan struktur tanah lebih baik, yang mampu memberikan pengaruh secara jangka panjang.

Contoh mulsa organik yaitu:

Daun
Dedaunan yang telah rontok dapat digunakan sebagai mulsa. Setelah rontok dari pohon, dedaunan cenderung mengering dan terdekomposisi menyatu ke tanah.

Potongan rumput
Potongan rumput dari mesin pemotong rumput dapat dikumpulkan dan dijadikan mulsa. Potongan rumput berukuran kecil sehingga bersifat padat dan memiliki porositas yang rendah. Potongan rumput perlu dicampur dengan bahan lainnya yang lebih renggang sebelum diterapkan menjadi mulsa. Minimnya kandungan nitrogen pada potongan rumput menyebabkan konsentrasi nitrogen pada tanah dapat berkurang, sehingga penerapan potongan rumput perlu dicampur dengan sesuatu yang kaya nitrogen.

Lumut
Lumut, seperti Sphagnum dapat cepat tumbuh, dapat dikemas, dipadatkan, dikeringkan dan dibasahkan kembali. Tubuh Sphagnum, yang hidup maupun yang mati, dapat menyerap air hingga 26 kali berat keringnya.

Serpihan kayu
Serpihan kayu merupakan produk samping atau limbah usaha penggergajian kayu, penebangan kayu, silvikultur, dan arborikultur. Serpihan kayu dapat digunakan untuk menjaga kelembaban tanah, menjaga temperatur tanah, dan menekan pertumbuhan gulma. Namun dekomposisi serpihan kayu oleh bakteri memakan nitrat dari tanah. Mulsa dari serpihan kayu juga dianggap memiliki nilai seni. Serpihan kayu yang digunakan biasanya didapatkan dari kulit kayu karena bagian ini adalah yang paling jarang digunakan oleh industri pulp dan kertas dan penggergajian kayu.

Jerami
Jerami adalah residu tanaman gandum, padi, atau tanaman suku rumput-rumputan lainnya, umumnya sebagai produk samping. Memiliki kemampuan menahan kelembaban tanah dan menekan penyebaran gulma, tetapi karena merupakan limbah hasil pertanaman, jerami juga dapat menjadi media persebaran benih gulma.

Kardus dan keras
Kardus dan kertas terbuat dari bahan dasar yang sama, yaitu pulp dari kayu, sehingga termasuk bahan organik dan dapat terurai secara alami. Karena sudah berbentuk lembaran, kardus dan kertas mudah diterapkan di atas tanah. Kardus dan kertas mampu menyerap air dan menekan pertumbuhan gulma. Namun karena massa yang ringan dibandingkan dengan luas permukaannya, kardus dan kertas dapat tertiup oleh angin, sehingga penerapannya memerlukan komponen kardus yang berat di atas lapisan yang ringan. Membasahinya dengan air juga dapat meningkatkan berat.

Tandan kosong buah sawit
Proses pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit menghasilkan limbah yang sangat besar. Limbah tersebut berupa tandan kosong dan cangkang buah sawit. Jika tidak dijadikan bahan bakar, keduanya diberikan kembali secara langsung ke tanaman sawit sebagai mulsa. Secara perlahan, limbah sawit tersebut akan terdekomposisi dan menyatu dengan tanah.

Mulsa umumnya diterapkan menjelang musim tanam. Mulsa anorganik, terutama yang mudah rusak seperti plastik harus diganti setiap musim tanam. Mulsa organik dapat bertahan lama tergantung laju dekomposisinya, dan dapat diterapkan ulang jika diperlukan. Seiring dengan perubahan musim, mulsa menjaga temperatur dan kelembaban tanah, serta mencegah cahaya matahari menyentuh gulma yang baru bertunas.
Efek mulsa pada tanah di iklim sedang amat bergantung pada kapan mulsa diterapkan. Mulsa umumnya diterapkan di akhir musim semi atau awal musim panas ketika temperatur tanah sedang meningkat namun kelembaban tanah masih relatif tinggi, sehingga fungsi menjaga temperatur dan kelembaban tanah lebih optimal.  Mulsa juga dapat mengalihkan beberapa jenis hama seperti siput dari daun tumbuhan karena siput dapat memakan mulsa dedaunan.

By Yunanda di Oktober 08, 2019
Label: informasi, pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jam

About

Blog ini memberikan informasi tentang pertanian yang ada di Wilayah Rokan Hilir serta teknologi yang digunakan petani dalam per

Web Links

  • DPRD Rokan Hilir
  • Pemerintahan Riau
  • Cakupan Pertanian

Follow by Email

Subsribe to get post update from this blog in your email inbox.

Copyright © Bertani smk